Selasa, 14 Juni 2011

Moralitas Dokter dan Kompetensinya Menurut Kaca Mata Islam



Dokter merupakan sebuah profesi yang apabila dilakukan dengan ikhlas dan dengan senang hati akan selalu dirahmati oleh Allah SWT. Menurut definisinya, dokter adalah seorang tenaga kesehatan (dokter) yang menjadi tempat kontak pertama pasien dengan dokternya untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan yang dihadapi tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan usia, dan jenis kelamin, sedini dan sedapat mungkin, secara menyeluruh, paripurna, bersinambung, dan dalam koordinasi serta kolaborasi dengan profesional kesehatan lainnya, dengan menggunakan prinsip pelayanan yang efektif dan efisien serta menjunjung tinggi tanggung jawab profesional, hukum, etika dan moral (http://cintalestari.wordpress.com/2008/11/26/pengertian-dokter-dan-tugas-dokter/, diakse : 26 November 2010) . Dokter juga merupakan sebuah profesi yang selalu berhubungan dengan orang lain, baik itu pasien, teman sejawat, suster atau perawat, dan semua orang yang selalu berhubungan dengan dunia kedokteran. Banyak sekali hal yang berhubungan dengan dunia dokter, bahkan seorang dokter harus menghadapi berbagai tuntutan atau klaim atas perbuatan yang ia lakukan. Untuk itulah seorang dokter harus mengetahui sikap apa yang sebaiknya dilakukan dalam menghadapi tantangan yang ada di depannya.
            Seiring dengan banyaknya jumlah umat Islam di Indonesia menyebabkan banyak pula sarjana kedokteran yang beragama Islam. Dokter-dokter muslim tersebut merupakan pewaris pengetahuan ilmu kedokteran yang akan mengemban tanggung jawab besar terhadap kemaslahatan umat manusia.
            Di era globalisasi ini, ilmu kedokteran telah berkembang pesat dan perkembangan tersebut bersifat universal atau umum. Sebagai seorang dokter muslim harus dapat menyeleksi semua perkembangan tersebut. Perkembangan yang boleh diambil dan diimplementasikan adalah perkembangan ilmu yang sejalan dengan norma dan kaidah-kadidah Islam memiliki nilai nilai yang tetap harus dijunjung tinggi walaupun teknologi dan budaya terus berkembang pesat. Konsep yang seperti ini dinamakan keokteran Islami.
Dalam kode etik kedokteran (Islamic code of Medical Ethics), yang merupakan Hasil dari First International Conferene on Islamic Medicine yang diselenggarakan pada 6-10 Rabi' al-Awwal 1401 H. di Kuwait dan selanjutnya disepakati sebagai kode etik kedokteran Islam, dirumuskan beberapa karakterrstik yang semestinya dimiliki oleh dokter muslim. lsi Kode Etik Kedokteran Islam tersebut terdiri atas duabelas pasal, Rinciannya disebutkan:
Pertama, definisi profesi kedokteran. Kedua, ciri-ciri para dokter. Ketiga, hubungan dokter dengan dokter. Keempat, hubungan dokter dengan pasien. Kelima, rahasia profesi. Keenam, peranan dokter di masa perang. Ketujuh, tanggungjawab dan pertanggungjawaban. Kedelapan, kesucian jiwa manusia. Kesembilan, dokter dan masyarakat. Kesepuluh, dokter dan kemajuan biomedis modern. Kesebelas, pendidikan kedokteran. Keduabelas, sumpah dokter (http://fanmedic.blogspot.com/2010/10/konsep-dokter-muslim.html, diakses : 26 November 2010).
Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang dokter muslim yaitu :
1)      Memiliki rasa empati yang besar terhadap sesama manusia. Jiwa sosial yang tinggi dan rasa belas kasih yang terkontrol (empati) adalah hal yang harus dimiliki oleh setiap dokter.
2)      Profesional dan dapat dipercaya baik oleh pasien maupun teman sejawat.
3)      Memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam setiap melakukan perbuatan.
4)      Mandiri.
5)      Seorang dokter harus memiliki kepribadian yang kuat (tahan banting) sehingga dokter dapat menghadapi berbagai masalah dan tantangan yang ada dihadapannya dengan tenang.
6)      Seorang dokter muslim tidak diperbolehkan membeda-bedakan pasien baik itu kaya maupun tidak.
7)      Seorang dokter muslim diwajibkan hidup seimbang dalam arti tidak berlebih-lebihan atas nikmat yang diberikan oleh Allah.
8)      Seorang dokter tidak diperbolehkan berbangga hati dengan profesi yang disandangnya.
9)      Seorang dokter muslim harus lebih banyak mendengar daripada berbicara.
Semua butir di atas, khususnya terhadap diri sendiri juga dengan pasien, antara lain disebutkan bahwa seorang dokter muslim di samping sebagai seorang yang bertakwa juga harus berakhlak mulia, seperti harus bijaksana, ramah, baik hati, pemaaf, pelindung, sabar, dapat dipercaya, bersikap baik tanpa membedakan tingkat sosial pasien, bersikap tenang, dan menghormati pasien. Secara teologis dokter muslim harus menyadari bahwa soal kematian berada sepenuhnya di tangan Tuhan dan fungsi dokter hanya sebagai penyelamat kehidupan, berfungsi mempertahankan dan memelihara sebaik dan semampu mungkin. Di samping itu, dokter muslim harus dapat menjadi suri tauladan yang baik juga harus prefesional, dengan tetap pada prinsip ilmiah dan jujur.
Selain hal yang disebutkan di atas seroang dokter muslim juga harus menjunjung tinggi etika profesinya dalam berinteraksi dengan orang lain. Hal tersebut akan menghindarkan dokter dari segala macam kasus yang akan memperburuk nama dan citra dokter.
Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") itu sendiri memiliki pengertian cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia (http://id.wikipedia.org/wiki/Etika, diakses : 26 Nivember 2010).
Dari pengertian etika tersebut telah dipastikan bahwa seorang dokter terlebih lagi dokter muslim diharuskan  memiliki etika dalam  proses interaksinya dengan orang dan lingkungannya.  Sejak awal duduk di bangku perkuliahan, calon dokter telah diajarkan mengenai etika baik itu etika secara umum, etika akademis hingga etika profesi dan rumah sakit. Pada saat wisuda akan diikrarkan pula sebuah sumpah dokter yang menyatakan akan senatiasa mengamalkan Kode Etik Kedokteran. Jadi, seorang dokter diharapkan memiliki etika yang mulia, bertanggung jawab dan taat kepada hukum yang berlaku.
Etika kedokteran Islam terangkum dalam Etika Kedokteran Islam yang disebut Tibbun Nabawi yang didalamnya dibahas etika dokter terhadap sang Khaliq, terhadap pasien, dan terhadap teman sejawatnya.
1.      Etika Dokter Muslim terhadap Allah SWT
Seorang dokter tidak akan menyandang gelar ‘dokter’ tersebut tanpa seizin Allah. Allah memberikan kesempatan yang teramat besar bagi seorang dokter untuk mengabdikan dirinya kepada Allah dan umat manusia. Maka, haruslah seseorang yang menyandang gelar tersebut selalu memanjatkan puji syukur kepada Allah atas segala rahmat dan karunianya. Dokter bukanlah pekerjaan yang mudah, namun dokter merupakan ladang amal yang amat luas untuk segera diisi. Rasa syukur yang kita ungkapkan atas nikmat tersebut bukanlah hanya sekedar mengucapkan Alhamdulillah , semua itu harus dibuktikan melaui perbuatan dimana seorang dokter sejatinya adalah seorang khalifah dalam bidang kesehatan dan kedokteran, mengerjakan semua tugas dan tanggung jawabnya dengan ikhlas karena Allah SWT.
Mengenai etika terhadap Khalik disebutkan bahwa:
       Dokter muslim harus meyakini dirinya sebagai khalifah fungsionaris Allah dalam bidang kesehatan dan kedokteran.
       Melaksanakan profesinya karena Allah dan buah Allah.
       Hanya melakukan pengobatan, penyembuhan adalah Allah.
2.      Etika Dokter Muslim terhadap pasien
Pasien merupakan seseorang atau sekelompok orang yang menjadi tanggung jawab dokter untuk mendapatkan pengobatan dan penyembuhan. Dokter yang mendiami suatu wilayah harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana kebudayaan yang dianut oleh masyarakat di lingkungan pasien. Hal ini dikarenakan hubungan dokter dengan pasien adalah hubungan manusia dengan manusia di mana dibutuhkan rasa menghargai dan adaptasi yang baik dari seorang dokter terhadap keadaan pasien. Dengan mengetahui kebudayaan dan kebiasaan masyarakat sekitar, pasien akan merasa lebih nyaman dan akan timbul kepercayaan pasien terhadap dokter. Menurut etika kedokteran terhadap orang sakit anatara lain disebutkan bahwa seorang dokter Muslim wajib :
1)      Memperlihatkan jenis penyakit, sebab musabab timbulnya penyakit, kekuatan tubuh orang sakit, keadaan resam tubuh yang tidak sewajarnya, umur si sakit dan obat yang cocok dengan musim itu, negeri si sakit dan keadaan buminya, iklim di mana ia sakit, daya penyembuhan obat itu.
2)      Di samping itu dokter harus memperhatikan mengenai tujuan pengobatan, obat yang dapat melawan penyakit itu, cara yang mudah dalam mengobati penyakit.
3)      Selanjutnya seorang dokter hendaknya membuat campuran obat yang sempurna, mempunyai pengalaman mengenai penyakit jiwa dan pengobatannya, berlaku lemah lembut, menggunakan cara keagamaan dan sugesti, tahu tugasnya.

3.      Etika Dokter Muslim terhadap teman sejawatnya
Seluruh dokter di penjuru dunia adalah sama. Sama dalam hal tugas dan tanggung jwabnya demi kemaslahatan umat manusia. Memiliki bisikan hati untuk selalu menolong dan mengobati orang sakit. Karena hal tersebut timbul sebuah rasa persaudaraan diantara dokter-dokter sehingga timbul rasa tolong menolong diantara mereka.
Etika kedokteran mengenai hubungan dokter dengan sejawatnya menurut Islam adalah sebagai berikut :
1)      Dokter yang baru menetap di suatu tempat, wajib mengunjungi teman sejawatnya yang telah berada di situ. Jika di kota yang terdapat banyak praktik dokter, cukup dengan memberitahukan tentang pembukaan praktiknya kepada teman sejawat yang berdekatan.
2)      Setiap Dokter menjadi anggota IDI setia dan aktif. Dengan menghadiri pertemuan-pertemuan yang diadakan.
3)      Setiap Dokter mengunjungi pertemuan klinik bila ada kesempatan. Sehingga dapat dengan mudah mengikuti perkembangan ilmu teknologi kedokteran.
Jadi, profesi dokter sejatinya bukanlah profesi yang mudah. Sebagai dokter muslim memiliki kompetensi tersendiri yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Islam sehingga dapat tetap konsisten walaupun saat ini telah menginjak era globalisasi. Mulai dari sifat dasar yang harus dimiliki seorang dokter muslim hingga etika dalam berhubungan dengan sesama manusia menurut kaca mata Islam. Dengan memenuhi kompetensi tersebut, insyaallah seroang dokter muslim akan selalu dirahmati dan dilindungi oleh Allah SWT. 

0 komentar:

Posting Komentar